Rabu, 22 Februari 2012

RELASI KERAJAAN MALAKA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM PERDAGANGANNYA


BAB II
PEMBAHASAN

RELASI KERAJAAN MALAKA
DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM PERDAGANGANNYA


A.        Berdirinya Kerajaan Malaka
Proses berdirinya kerajaan Malaka tidak dapat diketahui secara pasti, karena banyak pendapat yang memberitakan secara tidak jelas dan selalu bertentangan. Namun yang dapat dikemukakan bahwa kota Malaka didirikan oleh seorang raja dari Singapura, yang terpaksa menyingkir dari pertikaian di majapahit. Salah satu pangeran tersebut bernama Parameswara. Belum lama setelah ia merebut singgasana, Parameswara terpaksa harus menyingkir ke Muar karena mendapat serangan dari Siam.
 Menurut berita lain Parameswara berasal dari Palembang yang kemudian menyingkir karena serangan dari Tumapel. Setelah lima tahun berlalu ia harus pindah ke Muar sebab dikalahkan oleh raja Patani. Sejarah melayu mengatakan bahwa sang purba yang berasal keturunan Iskandar Zulkarnaen, turun di bukit Siguntang dan menjadi raja di Palembang. Sedangkan anaknya sang Nila Utama menjadi seorang raja di Bintan. Istana tersebut dipindahkan ke sebuah pulau yang bernama Singapura. Nama Singapura ada karena beberapa orang melihat Singa di pulau itu.
Raja pertama Malaka bernama Sultan Iskandar Syah yang memerintah ± 1396 – 1414. Penentuan raja Malaka ini ditentukan oleh seorang Parameswara. Tarich Tiongkok menyebut nama Pai – li – su – ra sebagai raja Malaka. Raja Malaka yang pertama ini merupakan keturunan dari sang Nila Utama. Ia diserang oleh Majapahit dan melarikan diri ke Muar kemudian pindah ke daerah sungai Bertam lalu sungai Malaka dan mendirikan kota yang dinamai Malaka. Nama kota Malaka berasal dari sebuah pohon yang disebut Malaka. Setelah beberapa lama memerintah raja Iskandar Syah digantikan oleh anaknya yaitu raja ahmad (± 1414 – 1424). Raja pertama dan kedua belum masuk Islam, walaupun mereka memakai nama arab – Persia. Setelah itu Muhammad Syah naik tahta (± 1424 – 1445). Muhammad Syah ini menikah dengan seorang putri dari kerajaan Pasai dam masuk Islam. Namun dalam pemerintahnya raja Muhammad Syah diserang oleh kerajaan Siam dan meminta bantuan kepada orang Tiongkok. Kemudian tahta berpindah lagi pada anaknya yaitu raja Ibrahim hanya menurut kata-kata raja Rokan sehingga menjadi iri hati bagi raja Kasim. Sedangkan raja Rokan dan raja Ibrahim dibunuh.
Raja kasim didalam memerintah mempunyai gelar Mudhafar Syah (± 1450 – 1458). Pada masa hegemoninya Malaka diserang oleh Siam dari darat dan laut, akan tetapi serangan itu dapat ia kalahkan. Mudhafar Syah merupakan raja pertama yang pertama menggunakan gelar Sultan. Ia meluaskan kuasa Malaka dengan pesat. Sultan Mansyur Syah merupakan raja yang ke-enam setelah raja kasim. Ia memerintah antara tahun (1458 – 1477). Ia mengembangkan kekuasaannya di Semenanjung & Andalas Tengah. Daerah Kampar ditaklukkan dan dibuatnya menjadi jajahan. Sedangkan raja Siak dan Parameswara wafat didalam pertempuran. Putra mahkota ditawan & dibawa ke Malaka kemudian dikawinkan dengan putri sultan sendiri. Anak dari raja Siak masuk Islam dan diangkat menjadi raja Siak dengan gelar sultan Ibrahim. Raja Indragiri sangat mengakui kekuasaan Malaka, namun ia tidak masuk Islam. Raja Rokan pun tunduk atas Malaka.
Perdagangan Malaka menjadi naik ke puncaknya di bawah sultan Alau’ddin Syah (1477 – 1488). Ia dapat mengelakkan serangan dari kerajaan Batak Aru (Haru). Akan tetapi, ketika ia mau berangkat ke Mekkah, Ia diracuni oleh raja Kampar dan Indragiri, dan ditawan ke Malaka. Kemudian tahta kerajaan digantikan oleh Sultan Mahmud Syah. Pada masa kerajaan Sultan Mahmud, Malaka berada di bawah kekuasaan Portugis.



B.        Usaha Malaka Dalam Menjalankan Hubungan Dagang
Sebagai daerah penghasil, Malaka sebenarnya tidak begitu berarti, namun karena letak geografisnya sangat menguntungkan, maka Malaka menjadi pusat perdagangan pada masa itu. Pada awal abad XVI hubungan antara Malaka dan Cirebon terjalin dengan erat. Ini terbukti dengan adanya Syahbandar dan koloni Cirebon di Upih Malaka, ialah Pate Kadir. Dia sangat terkemuka dan mempunyai hubungan baik dengan Raja.
     Malaka yang merupakan pusat entripot, ingin menjalin hubungan dagang yang baik dengan pelabuhan-pelabuhan di Jawa seperti di Demak, Jepara dan Tuban. Bertambahnya jumlah penduduk Malaka sangat tergantung dengan Jawa untuk mendapatkan beras. Selain Jawa, Malaka juga harus mendapatkan beras dan lada dari Pasai. Hubungan Malaka dan Cina berupa hubungan diplomatik. Malaka mengirim utusan pada tahun 1405 – 1407 dan raja-raja itu sendiri pergi menghadap Maharaja Ming beberapa kali antara tahun 1411 dan 1433.  Kemajuan yang begitu cepat di Malaka, tidak dapat dicapai tanpa adanya peraturan yang berlaku. Maka dari itu, diterapkanlah peraturan yang berlaku antara lain: aturan bea cukai, aturan tentang kesatuan ukuran, sistem pemakaian uang logam, dan sebagainya. Disamping aturan-aturan tersebut juga terselenggarakannya sistem pemerintahan yang sangat baik dan teratur.  
Bahan rempah-rempah juga terkumpul di Malaka seperti buah Pala yang kebanyakan datang dari Banda dan Bunga Cengkeh datang dari pulau-pulau di Maluku. Sedangkan dari Cina barang berupa tanah liat mutiara, perak, sutera, kain satin, damask, dan beroked. Sebagai tukarannya, kapal-kapal Cina mengambil banyak kapur baruss, sebagai obat yang didatangkan dari Borneo. Dari Kambay telang didatangkan kain Kambang yang sangat terkenal di Asia. Kambay merupakan pelabuhan yang menghubungkan Malaka dengan Timur tengah dan Eropa. Kambay dan Malaka adalah pelabuhan yang saling bergantungan. “Malaka tidak dapat hidup tanpa Kambay, juga Kambay tanpa Malaka”.
Sebagian dari orang-orang Gujarat dan Saudagar telah mendiami wilayah Malaka. Dari India telah diekspor kain, juga dari pantai Koromandel dan Bengal, dimana perusahaan tenun telah teratur dan berjalan dengan baik serta pengeluarannya telah dikirim untuk keperluan Asia Tenggara. Kapas-kapas Bengal sangat diminati oleh para saudagar. Malaka sendiri untuk memeberi pertukaran jenis kain di India, telah mengimport lada dari Sumatera Dan Jawa Barat, bunga cengkeh dan buah pala dari Maluku dan Banda, emas dari Sumatera, kapur barus dari Sumatera dan Borneo, Kayu Gaharu dari pulau Timor. Untuk keperluan bahan makanan, Malaka telah mensuplai beras, daging, ikan dan sayuran dari pelabuhan Jawa Utara, Sumatera, Siam dan Pegu (Burma Utara). Semua jenis buah-buahan di datangkan dari Jawa dan Sumatera, termasuk durian yang menjadi makanan yang sangat lezat. Malaka juga mendapatkan bijih dari kawasan tambang di Semenanjung Tanah Melayu arah ke utara di Kedah, dan emas dari Pahang.
Jadi tidak mengherankan jika Malaka dikatakan sebagai ibu pejabat perdagangan di Asia Tenggara. Seperti yang ditulis oleh Tome Pires: “ Ia adalah sebuah bandar yang telah dibina untuk barang dagangan, lebih baik dari sekarang bandar di dunia”. Ia adalah pelabuhan laut yang paling kaya, dengan angka saudagar pemborong yang paling besar dan perkapalan serta perdagangan yang melimpah-limpah yang tidak dapat dilihat di seluruh dunia (ditulis oleh Borbosa). Sedang Varthema: saya percaya bahwa kapal-kapal yang sampai adalah lebih banyak diseberang tempat di dunia. Namun hanya Pires yang menunjukkan arti lebih luas dari semua itu: “ Siapa yang menjadi tuan di Malaka tangannya adalah terletak di leher Venice”.

C.        Sistem Politik, Agama, Ekonomi
1.         Sistem politik
Daerah yang ada di bawah kekuasaannya antara lain terletak di Sumatera yaitu daerah Kampar. Dari situlah Malaka menjalankan pengawasannya sampai ke Minangkabau. Kemungkinan-kemungkinan tersebut mengisyaratkan Malaka untuk mengadakan ekspansinya ke Utara dan ke Selatan Sumatera. Hubungan Malaka dan Pasai tidak terganggu meskipun Malaka berhasil menarik orang-orang Jawa datang ke Malaka tanpa merusak jalinan pedagang Pasai dan Jawa. Hubungan Pasai dan Malaka diikat oleh beras dan lada. Politik Cina mengirimkan bantuan armada siap tempur yang dipimpin oleh Cheng Ho pada tahun 1405 dan utusan yang dikirim oleh Kaisar Ming ke-III, yaitu Chengtsu (Yung-Lo). Kekuatan politik Malaka sangat kuat sehingga mampu menandingi Siam.

2.         Sistem Agama
Berkembangnya Malaka, banyak alim ulama yang datang dan menyebarkan agama Islam di kota ini. Meskipun penguasa belum memeluk agama Islam, namun pada ke-15 mereka telah mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Bahkan penganut-penganut Islam diberi hak istimewa serta dibangun sebuah Mesjid. Pedagang yang singgah di Malaka yang berasal dari Jawa dan pulau-pulau lain di Indonesia, banyak menjadi penyebar agama baru.

3.         Sistem Ekonomi
Sistem upeti yang dibayar oleh Siak ke Malaka berupa emas. Selain perluasan kekuasaan ke daerah di Sumatera, Malaka dapat menaklukan kepulauan Riau-Lingga. Sebagai upeti diberikan daerah adalah bahan untuk di ekspor. Tenaga kerja pun diambil dari sini. Penduduk daerah ini terkenal sebagai orang-orang yang suka berperang. Di samping itu, Malaka juga tergantung dengan Siam dalam persediaan beras.

D.        Perlawanan rakyat Malaka terhadap Portugis
Pada tahun 1511 Malaka berada di bawah kekuasaan Portugis, maka derah-daerah seperti Sumatera mulai melepaskan diri dari Malaka. Sejak tahun 1511 banyak hasil perdagangan yang sedianya menuju Malaka pergi ke pantai barat. Hubungan perdagangan antara Demak dan Malaka juga mulai terganggu akibat kedaangan orang Portugis. Kedatangan orang Portugis pada abad ke-16 dipimpin oleh Alburquerque. Ketika Sultan Mahmud kalah dalam perang untuk Malaka, ia kemudian mengungsi ke Pahang untuk kemudian tinggal di Muan dan di pulau Bintang. Meskipun telah mengungsi ia tetap melakukan serangan pada portugis. Untuk menghadapi Sultan Mahmud, maka Alburquerque berusaha membuat persahabatan dengan raja Kampar dan Pasai.
Pada akhir tahun 1512 seorang pemuka yaitu Pate Kadir, bersekongkol dengan laksmana Sultan Mahmud, Hang Nadin, untuk menyerang Malaka yang berada di kekuasaan Portugis. Usaha itu dapat ditahan, akan tetapi serangan yang lebih hebat dari Pate Unus, penguasa Jepara. Yang datang dengan balatentara sebesar sepuluh sampai duabelas ribu orang. Pada tahun 1512/1513 serangan dilakukan namun gagal. Pada bulan Oktober 1512, Alburquerque melakukan serangan terhadap Bintang namun banyak berjatuhan korban. Sedangkan Laksmana Sultan Mahmud, berhasil merebut satu kapal Portugis.
Serangan Portugis dilakuakn lagi pada tahun 1523 di bawah Henriquez, dan pada tahun 1524 dipimpin oleh De Souza, keduanya gagal. Akan tetapi, adanya persekutuan antara Lingga dan Portugis, Bintang berhasil direbut kembali pada tahun 1525 Sultan Mahmud mengungsi ke Johor. Aceh juga telah banyak melakukan penyerangan terhadap Malaka namun gagal tetapi bersedia berdamai dengan Potrugis. Pada tahun 1587 Portugis mendekati Aceh untuk bersekutu dan bersama menghancurkan Johor.


BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Setelah membahas makalah yang berjudul Relasi Kerajaan Malaka dalam Mengimplementasikan Sistem Perdagangannya dapat disimpulkan bahwa Malaka merupakan salah satu pusat perdagangan yang terkenal pada abad ke-15. Posisinya yang strategis membuat para pedagang dari berbagai daerah maupun negara datang menghampiri pelabuhan tersebut. Oleh sebab itulah maka Malaka menjadi pusat pelabuhan yang ramai dan sangat mudah mendapat pengaruh dari pihak luar terutama para pedagang asing.
Selain itu, sistem arah mata angin yang yang berlaku memungkinkan para pedagang untuk bertemu di Malaka. Banyaknya para pedagang yang berkunjung ke Malaka menyebabkan daerah ini menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam pada abad ke-16. Daerah yang ada di bawah kekuasaannya antara lain terletak di Sumatera yaitu daerah Kampar. Dari situlah Malaka menjalankan pengawasannya sampai ke Minangkabau. Kemungkinan-kemungkinan tersebut mengisyaratkan Malaka untuk mengadakan ekspansinya ke Utara dan ke Selatan Sumatera.
Politik Cina mengirimkan bantuan armada siap tempur yang dipimpin oleh Cheng Ho pada tahun 1405 dan utusan yang dikirim oleh Kaisar Ming ke-III, yaitu Chengtsu (Yung-Lo). Kekuatan politik Malaka sangat kuat sehingga mampu menandingi Siam. Berkembangnya Malaka, banyak alim ulama yang datang dan menyebarkan agama Islam di kota ini. Meskipun penguasa belum memeluk agama Islam, namun pada ke-15 mereka telah mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Sistem upeti yang dibayar oleh Siak ke Malaka berupa emas. Selain perluasan kekuasaan ke daerah di Sumatera, Malaka dapat menaklukan kepulauan Riau-Lingga. Sebagai upeti diberikan daerah adalah bahan untuk di ekspor. Tenaga kerja pun diambil dari sini. Penduduk daerah ini terkenal sebagai orang-orang yang suka berperang. Di samping itu, Malaka juga tergantung dengan Siam dalam persediaan beras.
B.                Saran
Setelah memahami isi makalah ini maka penulis berharap semoga pembaca bisa mengetahui bagaimana hubungan dagang Malaka dengan beberapa daerah seperti Jawa, Aceh, Pasai, mengetahui situasi politik, ekonomi, sosial dan agama pada masa itu serta seberapa jauh pengaruhnya terhadap kerajaan Malaka, dan yang terakhir penulis berharap pemaca bisa menjelaskan cara-cara rakyat Malaka menghadapi tindakan yang dilakukan Portugis.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Yustiana Kameng, S.Pd selaku dosen mata kuliah Sejarah Asia Tenggara Kuno, karena berkat beliaulah sehingga makalah ini bisa selesai. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA


Brian Harrison, 1966, Asia Tenggara. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hall, D.G.E., 1988, Sejarah Asia Tenggara. Surabaya : Usaha Nasional.
Brian Harrison, 1966, Asia Tenggara. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Hall, D.G.E., 1988, Sejarah Asia Tenggara. Surabaya : Usaha Nasional.
Marwati Djoenoed Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 1981/1982, Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Departemen Pendidikan & Kebudayaan.
Sanusi Pane, 1955, Sejarah Indonesia I. Jakarta : Perpustakaan Perguruan Kem. P.P. dan K.
Sartono Kartodirdjo, 199, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Di unduh tanggal 23 April 2010

Senin, 20 Februari 2012

KERAJAAN FUNAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang        
Funan merupakan sebuah Kerajaan Hindu purba pertama di Asia Tenggara yang muncul pada abad pertama masehi. Kerajaan ini digabungkan dengan kerajaan Chenla. Pada abad ke-6, kerajaan Funan telah menghantar ufti ke China. "Funan" dalam transkripsi Cina adalah perkataan "pnom" yang berarti "gunung". (Sumber : Wikipedia.com)
Funan adalah kerajaan Kamboja silam sebelum zaman-Angkor terletak sekitar delta Sungai Mekong, kemungkinannya ditubuhkan oleh penduduk Mon-Khmer yang bertutur bahasa Austro-Asiatic. Tidak banyak yang diketahui mengenai Funan kecuali ia merupakan negara perdagangan yang kuat. Ini terbukti dengan jumpaan barangan yang berasal dari empire Rom, Cina dan India dalam penggalian arkhaeologi di Oc Eo di selatan Vietnam. Ibu negara Funan pada asalnya terletak di Vyadhapura, hampir bandar Phnom Penh moden, walaupun ia mungkin dipindahkan ke Oc Eo pada kemudiannya.
B.     Rumusan Masalah :
1.      Jelaskan pengertian Kerajaan Funan !
2.      Jelaskan asal-usul dan perkembangan Kerajaan Funan di Asia Tenggara !
3.      Jelaskan pengaruh Kerajaan Funan bagi Indonesia !


BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN FUNAN (KERAJAAN HINDU PURBA DI ASIA TENGGARA)
C.    Deskripsi Singkat Tentang Kerajaan Funan
            Funan adalah kerajaan yang berasal dari negara Kamboja bagian selatan. Funan berasal dari kata B’iunan (Krung Bnam) yang berarti raja gunung, yang mempunyai kemiripan  dengan Dinasti  Syailendra di  Jawa Tengah. Ibukotanya di Vyadhapura yang berarti kota dari para pemburu. Kota pelabuhannya adalah Oc Eo.
            Kerajaan ini didirikan oleh seorang Brahmana yang bernama Kaundinya dari India. Ia kawin dengan putri setempat yang bernama Nagisoma (Naga). Ia mendirikan Funan pada tahun 75 M. Funan sebagai kerajaan maritim sehingga mata pencahariannya tergantung kekuasaannya di laut. Yang terpenting adalah menguasai jalan niaga antar China, India, dan ka Eropa. Jalan niaga laut manjadi ramai setelah Jalan Sutra mati karena gangguan orang-orang Nomad.
            Funan mempunyai angkatan laut yang kuat sekali, sehingga dengan angkatan lautnya ia membajak diperairan Asia Tenggara. Setiap orang yang berlayar tinggal memilih menyerah, mati, atau menjadi budak belian. Menyerah berarti berlabuh di funan, membayar bea cukai dan memenuhi segala permintaan pera pembesar.
            Lambat laun Funan memperluas daerahnya. Untuk itu selurah pantai daratan Asia Tanggara didirikan pangkalan dan benteng yang kuat. Funan menjadi sebuah iperium yang sangat kuat sejak didirikannya pangkalan laut dan benteng, dan sejak pertengahan Abad IV-V Funan menjadi sebuah Kerajaan yang menguasai perairan Asia Tenggara.
            Sementara itu perairan Indonesia yang dikuasai Funan dijadikan jalan lalu lintas rempah-rempah, binatang-binatang, kayu wangi (cendana), dan gading. Karena itu Funan dapat membinasahkan setiap kerajaan maritim yang akan berdiri didaerah peraiarannya. Akibatnya hanya daerah yang jauh dari jangkauan kerajaan Funan yang mampu bertahan sebagai kerajaan merdeka, seperti kerajaan Kutai dan Tarumanegara.
            Adapun raja-raja yang pernah berkuasa di Funan antara lain, Kaundinya, Fan Shih Man, Fan Sun, Kaundinya Jayavarman, dan Rudravarman. Kaundinya adalah pendiri Funan, dinastinya berkuasa selama satu setengah abad.
Fan Shih Man adalah raja penakluk, memiliki banyak vassal, sehingga ia memerintah sebagai raja. Kekuasaannya sangat besar, ia membentuk angkatan laut yang menguasai perairan Asia Tenggara. Karena ia suka berperang akhirnya ia gugur sewaktu memimpin sebuah ekspedisi melawan kerajaan Chin Lin.
Pada masa pemerintahan raja Fan Sun, datang di istana Funan duta-duta dari China dan Marunda. Hubungan antara China dan Funan tetap erat sepanjang pemerintahannya hingga tahun 237 M. Pada tahun 268 dan 287 Funan mengirim utusan ke China.
Menurut Liang History salah seorang penganti Chandan adalah seorang Brahmana dari India yang bernama Kiao-chen-ju, yang karena secara gaib pergi dan memerintah Funan. Menurut cerita ia di terima baik oleh rakyat yang memilihnya menjadi raja mereka. Kemudian merubah semua aturan-aturan sesuai dengan metode-metode India. Nama nya diduga terjemahan cina dari nama “Kaundinya” dengan demikian cerita itu akan menunjukan pengembalian unsure Hindu didalam keluarga yang memerintah atas clan asli Funan, dibawah pemerintahannya pengaruh India cenderung menjadi lemah dengan adanya hubungan dengan kebudayan setempat. Tidak ada tahun yang ditunjukan bagi pemerinyahan Kaundinya kedua ini, tetapi salah seorang pengantinya yang namanya mungkin berarti Sreshthevarman dilapotkan telah mengirim utusan ke kaisar Wen (425-453). Early Sung History menyebutkan utusan-utusan berikut tahun 434, 435 dan 438 dan dikatakan raja ini menolak membantu Lin-yi menyerang Tongking/        (Tonkin).
Raja Funan yang terbesar adalah Kaundinya Jayavarman. Ia meninggal pada tahun 514 M. Tahun permulaan pemerintahannya tidak diketahui. Yang diangkat sebagai agama resmi adalah agama Siwa, tetapi disampingnya agama Budha tetap hidup dengan damai. Jayavarman sendiri tidak meninggalkan prasasti, tetapi permaisuri serta putranya yang bernama Gunavarman masinh-masing meninggalkan prasasti berbahasa Sanskerta. Kedua-duanya menunjukkan sifat Siwaistis, terdapat bekas telapak kaki pada prasasti tersebut.
Raja Funan yang terakhir Rudravarman. Sesungguhnya ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan, karena ia dilahirkan dari seorang selir. Ia berhasil menduduki tahkta kerajaan setelah membunuh calon raja yang sah (mungkin Gunavarman).
Antara tahun 517 dan 539 ia mengirimkan sejumlah utusan ke China. Ia meninggal sekitar tahun 550 M. Bersama dengan meninggalnya Rudravarman, di daerah Mekong Tengah timbul pergolakan yang dipimpin oleh dua orang bersaudara yaitu Bhavavarman dan Citrasena, yang akhirnya berhasil menggulingkan kerajaan Funan.Kerajaan Funan tak mungkin dihancurkan oleh kerajaan maritime yang lain. Yang menghancurkan Funan adalah kerajaan darat atau pedalaman yaitu Chenla (Kamboja yang bersifat agraris).

D.    Kondisi Sosial Masyarakat Kerajaan Funan
            Cerita ini ada dalam Southern Ch’i History yang  juga berisi catatan tentang kerajaan seperti zaman jayavarman. Ini sebuah gambaran tentang rakyat pengarung lautan, yang menyangkut barang dagangan dan rampasan dan senatiasa menjarah tetangga-tetangganya. Raja bersemayam di istana yang atapnya bertingkat-tingkat, sedang rumah rakyat dibangun atas onggokan dan atapnya dari daun bambu. Rakyat melindungi tempat tinggalnya dengan pagar kayu. Pakaian nasionalnya sepotong kain yang diikatkan di pinggang. Olahraga nasionalnya ialah sabungan ayam dan adu babi. Hukuman adalah berupa siksaan. Raja naik gajah dalam pemeriksaan umum.
             (Liang History) menambahkan bukan hanya raja tetapi seluruh keluarga raja sampai pada selir naik gajah. Dewa langit dipuja. Ini diwujudkan dalam patung tembaga: beberapa   yang dengan muka dua dan tangan empat, yang lain dengan empat wajah dan dengan delapan tangan jelas menujukan pemujaan harihara. Mayat diperlakukan dengan empat cara: dengan melemparkan ke arus sungai, membakarnya, mengubur dalam lubang parit, dan dengan menyajikannya pada burung-burung. Cerita ini juga menjukan adat mandi yang masih diketemukan di kamboja dan dikenal sebagai Trapeang,  penggunaan hak mandi umum bagi sejumlah keluarga.
E.     Kondisi Ekonomi dan Politik Kerajaan Funan
Kerajaan Funan mengalami kemajuan pesat dalam bidang Ekonomi,  Kemajuan dalam bidang ekonomi tentunya dalam bidang pertanian dan perdagangan. Funan adalah Kerajaan Agraris yang memiliki pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan militer di daratan Indocina. Bukti bahwa Ekonomi Kerajaan Funan mengalami kemajuan yang sangat pesat dapat dilihat dari perkembangan masyarakat Funan yang sebagian mengandalkan bidang pertanian dan perkebunan sebagai mata Pencaharian masyarakat Funan.
            Dalam bidang perdagangan Funan memiliki pelabuhan laut yang sangat kuat dan menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat strategis wilayah  Asia Tenggara dan daratan Indocina. Sehingga menjadi pusat perdagangan pada masa perundagian dan jalur Sutera menjadi salah satu aspek maju dan berkembangnya aktivitas perdagangan diwilayah Indocina dan Asia Tenggara. Komoditi yang terbesar dalam aktivitas perdagangan di Kerajaan Funan antara lain, Gerabah, Keramik, dan barang- barang dari perunggu, yang merupakan pengaruh dari Kebudayaan Dong Son di Vietnam, sehingga secara tidak langsung pengaruh Cina terhadap perkembangan Kerajaan Funan di Kamboja, menjadi pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan Kerajaan Funan kedepannya.
Dalam bidang politik seperti yang digambarkan dalam Deskripsi singkat tentang Kerajaan Funan diatas, dijelaskan bahwa Kerajaan Funan memiliki sistem politik yang Feodal, dengan saling menguasai wilayah di Asia Tenggara dan dapat dikatakan bahwa Kerajaan Funan merupakan Kerajaan Adikuasa pada masa itu dengan menguasai seluruh wilayah perairan dan daratan Indocina. Dan Funan  pun memiliki angkatan laut yang sangat kuat sehingga menambah pertahanan Laut Kerajaan Funan semakin kuat di dalam menaklukan wilayah- wilayah yang berada di Asia Tenggara dan sekitarnya. Raja memiliki kekuasaan yang sangat mutlak (Absolut) di dalam menjalankan tata pemerintahan di Kerajaan Funan, sehingga raja sangat ditinggikan statusnya oleh masyarakat Kerajaan Funan, bahkan dapat dianggap sebagai titisan dewa yang sangat dimuliakan.  Sehingga dengan adanya tata pemerintahan dan pertahanan seperti diatas mustahil Funan sebagai The First Arest Power (Asia Tenggara Pranasionalisme :48), Funan dapat ditaklukan oleh Kerajaan- kerajaan lain yang terdapat dipesisir daerah Indocina dan Asia Tenggara, seperti Kerajaan Chenla dan Angkor. Tetapi setelah meninggalnya Raja Rudravarman pada tahun 550 M, keadaan menjadi terbalik, timbul pergolakan di dalam tata pemerintahan Kerajaan Funan yang akhirnya dapat menggulingkan Funan dibawah penyerangan Kerajaan Chenla, yang menjadi salah satu Kerajaan yang dikuasai Funan pada waktu itu. Sehingga berakhirlah sudah kejayaan Kerajaan Funan sebagai Kerajaan The Man Power di wilayah Asia Tenggara, dan berganti dengan masa pemerintahan Kerajaan Chenla yang telah berhasil menaklukan Kerajaan Funan, sebagai Kerajaan Hindu Purba pertama di Asia Tenggara yang sangat kuat di dalam struktur pemerintahannya.
F.     Proses Keruntuhan dan Kemunduran Kerajaan Funan   
      Kerajaan Funan mengalami kemunduran pada akhir abad IV karena mendapat serangan dari tentara Kerajaan Chenla tepantya pada masa pemerintahan Raja Rudravarman (550 M) , dengan jatuhnya Kerajaan Funan ini, maka pada abad V terjadilah revolusi Kepercayaan di wilayah Asia Tenggara, yakni di daratan Asia Tenggara mengalami Absolutisme dewa raja yang berpusat pada pendewaan raja (dewa raja kultus). Dan Chenla sebagai penakluk yang berhasil menguasai Kerajaan Funan inilah yang membawa pengaruh kepercayaan ini sehingga secara tidak langsung mulailah berkembang kepercayaan Absolutisme dewa raja, walaupun pada saat pemerintahan Funan pengaruh ini sudah mulai diterapkan tetapi baru berkembang saat perpindahan kekuasaan dari Funan ke Kerajaan Chenla (Sumber : Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme, Kardiyat Wiharyanto).

G.    Pengaruh Kerajaan Funan Terhadap Perkembangan Peradaban di Indonesia
Kerajaan Funan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Kuno di Indonesia, terutama dalam bidang Kebudayaan dan Kepercayaan setempat yang mulai mengalami perubahan sejak masuknya pengaruh Indianisasi di wilayah Asia Tenggara, sehingga muncul Kerajaan- kerajaan yang mendapat pengaruh dari Agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Bukan hanya itu pengaruh dalam bidang Kebudayaan dan Kepercayaan pun masyarakat Indonesia mengalami perubahan, dalam bidang Kebudayaan pengaruh Funan sangat terlihat dari barang- barang peninggalan sejarah yang ditemukan seperti Nekara, Tembikar,dan barang- barang yang terbuat dari perunggu yang pada masa Kerajaan Funan menjadi salah satu Komoditi barang dagang yang paling terkenal, sehingga secara tidak langsung pengaruhnya sampai ke Indonesia, yang juga erat dengan perkembangan Kebudayaan Dong Son di Indonesia.      
Dalam bidang Religi dan Kebudayaan yang dapat dilihat dari pengaruh Kerajaan Funan terhadap perkembangan peradaban masa Kuno di Indonesia, yang utama adalah masuknya pengaruh Indianisasi ke Indonesia yang mengubah segala jenis Kepercayaan (Religio Naturalism), beralih kepada Kepercayaan Agama Hindu- Buddha, sehingga di Indonesia muncul banyak Kerajaan bercorak Hindu- Buddha yang sangat kental hubungannya dengan pengaruh dari Kerajaan Funan dan India. 

BAB III
PEMBAHASAN

1.      Kerajaan Funan adalah Kerajaan Hindu Purba yang berada di wilayah Asia Tenggara, yang berasal dari kata   B’iunan (Krung Bnam)/ pnom” yang berarti raja gunung/ gunung, yang memiliki prospek kesamaan dengan dinasti Syailendra yang terdapat di Jawa Tengah bahkan diperkiran terdapat Missing Link antara kedua Kerajaan ini sehingga belum diketahui secara pasti dimana letak kemiripan antar kedua Kerajaan ini, sehingga arti Funan sendiri memiliki pemahaman sebagai Kerajaan yang berkuasa diatas gunung dan ini pembuktian ini sungguh benar- benar terjadi dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Funan yang mencakup seluruh wilayah daratan Asia Tenggara dan Indocina, dan menjadi salah satu Kerajaan terbesar dan tertua di wilayah Asia Tenggara.

2.      Kerajaan Funan adalah Kerajaan yang berasal dari daratan lembah Sungai Mekong tepatnya di Kamboja bagian Selatan. Kerajaan Funan kemungkinan didirikan oleh orang- orang Khmer yang pada waktu itu mulai menetap dipinggiran delta Sungai Mekong, Kamboja bagian Selatan dengan Vyadhapura sebagai Ibukotanya. Kerajaan Funan didirikan oleh salah seorang Brahmana bernama Kaudinya yang berasal dari India. Dan kemudian ia menikah dengan orang setempat (orang Khmer) Nagisoma (Naga), sehingga pendiri dari Kerajaan Funan adalah orang- orang Khmer yang mempunyai status hubungan dengan India, karena mendapat pengaruh Hindu yang sangat kuat dari brahmana Kaudinya, sehingga relasi hubungan antara Funan dengan daerah India terus berjalan hingga akhir masa pemerintahan Raja Rudravarman (menjelang Keruntuhan Kerajaan Funan oleh Kerajaan Chenla).

3.      Tentu memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar untuk Indonesia khususnya dalam bidang hubungan internasional dan Kebudayaan, diceritakan bahwa Kerajaan Funan memiliki hubungan dengan Indonesia sejak masuknya pengaruh Hindu- Buddha didaratan Indocina, dan sangat besarlah pengaruhnya ini dengan mulainya bermunculannya Kerajaan- kerajaan Hindu- Buddha (mendapat Pengaruh India) di Indonesia, seperti Mataram Kuno, Tarumanegara, Sriwijaya yang kesemuanya mendapat pengaruh dari masuknya Agama Hindu- Buddha di daratan Indocina, dan Funan menjadi salah satu pelopor dari perkembangan Agama Hindu- Buddha di daratan Asia Tenggara khususnya Indonesia (Indianisasi). Dalam bidang pengaruh Kebudayaan, Funan juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi Indonesia, seperti adanya bangunan- bangunan yang suci sebagai tempat peribadatan, seperti Candi dan terdapat pula barang- barang hasil dari Kebudayaan Indocina (pada masa Kerajaan Funan) yang ditemukan di Indonesia yang menjadi salah satu bagian dari besarnya pengaruh Kerajaan Funan terhadap perkembangan peradaban di Indonesia pada masa Kuno.  
                                                            BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Setelah melihat tentang deskripsi tentang Kerajaan Funan, dapat kita mengerti dan kita simpulkan bahwa Funan adalah salah satu contoh Kejayaan peradaban masa lalu yang dapat menjadi gambaran betapa berkembangnya Kebudayaan dan peradaban masyarakat pada masa lalu dalam konteks pada masa Kuno, yang sudah mulai mengenal adanya sistem pemerintahan, Kebudayaan, perdagangan dan yang lainnya. Sehingga Funan menjadi salah satu bagian dari Sejarah Asia Tenggara Kuno yang perlu dikembangkan, tentunya dalam konteks seberapa  jauhnya pengaruh Funan bagi Kehidupan masyarakat Asia Tenggara Kuno bahkan terhadap kehidupan Peradaban di Indonesia. 
B.     SARAN
Setelah memahami perkembangan kerajaan di kamboja, penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang kerajaan Funan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Jadi penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun baik dari dosen maupun dari teman-teman semua. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. 

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet :
www. Wikipedia.com

Sumber Pustaka :
 Wiharyanto, A.Kardiyat, 2005. Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Hall, D.G.E, 1988. Sejarah Asia Tenggara, Surabaya : “Usaha Nasional”

Rabu, 15 Februari 2012

KERAJAAN CHENLA DAN ANGKOR

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar belakang
Di era globalisasi ini , sejarah  makin banyak dilupakan orang, baik sejarah lokal maupun sejarah bangsa luar.  Bila kita renungkan dan resapi , sejarah sangat berguna kehidupn kita,karena sejarah bukan saja belajar tentang masa lalu, tetapi juga belajar tentang dinamika manusia. Semakin kita banyak belajar sejarah, kita akan semakin mengerti dan wawasan kita akan bertambah.

Wawasan itu tentu sangat berguna bagi kita, dan dapat kita terapakan dalam kehidupan kita, tentu dengan memilah mana yang baik dan buruk. Masa lalu adalah pelajarai untuk tumbuh dan berkembang kearah yang lebih baik. Perkembangan itu tentu melewati berbagai proses yang panjang.

Oleh karena itu, dengan adanya makalah diharapkan dapat membantu kita untuk mengetahui sejarah AsiaTenggara Kuno, khususnya kerajaan Chenla dan Angkor yang ada di Kamboja.


  
B.   Rumusan masalah

A.    Kerajaan Chenla

1.      Kapan Awal berdirinya kerajaan Chenla ? 
2.      Runtuhnya kerajaan Chenla ?

B.     Kerajaan Angkor
1.      Kapan Awal berdirinya kerajaan Angkor ?
2.      Siapa Raja masa awal ?
3.      Perkembangan kerajaan Angkor ?
4.      Puncak kejayaan kerajaan Angkor ?
5.      Kemunduran kerajaan Angkor ? 

C.  Tujuan

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapakan kita semakin mengerti dan memahami sejarah  Asia Tenggara Kuno, yang dapat menunjang kita sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan sejarah.

BAB II
PEMBAHASAN
KERAJAAN CHENLA

1.   Awal berdirinya kerajaan Chenla
         Chenla (Khmer), yang dikenal sebagai Zhenla di Cina dan Lap Chan di Vietnam (yang merupakan Tiongkok-Vietnam pelafalan), adalah awal kerajaan Khmer. Chenla (Khmer), yang dikenal Sebagai Zhenla di Cina dan Lap Chan di Vietnam (yang Merupakan Tiongkok-Vietnam pengucapan,adalah awal kerajaan khmer.
        Awalnya negara pengikut Funan, selama 60 tahun itu mencapai kemerdekaannya dan akhirnya menaklukkan semua Funan, menyerap orang-orangnya dan budaya.. Melemahnya dari negara Funan saat ini sebagian besar dapat dijelaskan dengan peristiwa-peristiwa jauh: runtuhnya Kekaisaran Romawi dan kemudian rute perdagangan antara Laut Tengah dan Cina. Melemahnya dari negara Funan Sebagian besar saat ini dapat dijelaskan dengan peristiwa-peristiwa jauh: Runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Kemudian rute perdagangan antara Laut Tengah dan Cina.

2.      Runtuhnya kerajaan Chenla
         Pada 613, Isanapura menjadi ibukota pertama kerajaan baru. Chenla kemudian dibagi menjadi utara dan selatan negara, yang dikenal sebagai "Chenla dari Tanah" dan "Chenla Laut," masing-masing. Provinsi yang Champassak hari Laos modern pusat adalah bagian utara, sementara wilayah Mekong Delta dan milik pantai bagian selatan. Beberapa negara yang lebih kecil memisahkan diri dari Utara dan Selatan Chenla di 715, lebih lanjut melemahkan daerah.
Khmer, yang diyakini pengikut Funan telah mencapai Sungai Mekong dari Sungai Chao Phraya utara melalui Lembah Sungai Mun. Chenla, negara merdeka pertama mereka berkembang dari Funan, menyerap pengaruh Funanese. Catatan Cina kuno menyebutkan dua raja, Shrutavarman dan Shreshthavarman yang memerintah di ibu kota Shreshthapura modern terletak di selatan Laos. Pengaruh yang sangat besar identitas Kamboja yang datang adalah tempa oleh Kerajaan Khmer Bhavapura, di hari modern kota Kamboja Kompong Thom. Pengaruh. Warisannya adalah sultan yang paling penting, Ishanavarman yang sepenuhnya menaklukkan kerajaan Funan selama 612-628. Dia memilih ibukota barunya di Sambor Prei KUK, penamaan itu Ishanapura.
Setelah kematian Jayavarman saya di 681, kekacauan datang pada kerajaan dan di awal abad ke-8, kerajaan pecah menjadi beberapa kerajaan. Pushkaraksha, penguasa Shambhupura mengumumkan dirinya sebagai raja dari seluruh Kambuja. Kronik Cina Menyatakan Bahwa pada abad ke-8, Chenla terpecah menjadi Chenla tanah dan udara Chenla. Selama waktu ini, anak Shambhuvarman menguasai sebagian besar Pushkaraksha air Chenla hingga abad ke-8 yang didominasi Melayu dan Jawa selama bertahun-kerajaan Khmer.

KERAJAAN ANGKOR
1.Awal berdirinya kerajaan Angkor

Karena tidak ada peninggalan tertulis, maka diperkirakan Angkor lahir dari dalam lingkungan Khmer sendiri, bukan karena Tchen-la diduduki secara militer. Dari sudutsejarah, faktor berdirinya Angkor diketahui berasal dari luar yaitu pengaruh dari Nusantara.

o   Sriwijaya dan Dinasti Sailendra
Dengan Sriwijaya memiliki hegemoni perdagangan seperti Fu-nan dan dapat menggantikannya dan berkat hal itu, dapat menguasai laut-laut selatan, mungkin karena hal tersebut Tchen-la terpaksa meninggalkan kekuasaan atas laut. Mulai perempat kedua abad-8 Masehi kekuasaan beralih ke Jawa Tengah dimana berkembang dinasti Syailendra yang kuat.
Raja-raja Sailendra menganggap dirinya keturunan langsung raja-raja Fu-nan, yang berlindung di Jawa setelah negeri mereka ditaklukkan oleh Tchen-la. Mereka mendapat julukan “Raja Gunung” dan menggunakan gelar Maharaja, karena menganggap diri sebagai penakluk dunia. Mereka menjatuhkan salah seorang raja terakhir dari kerajaan Tchen-la yang tengah memudar. Di negari itu mereka memiliki semacam kekuasaan, karena diakui oleh orang Khmer sendiri pada waktu pendirian Angkor.

o   Ekspansi Peradaban Jawa
Cemerlangnya kesenian Buddha zaman sailendra, hal itu mencerminkan perkembangan agama Budha Mahayana yang dimulai pada zaman dinasti Pala di India, dan disebarkan oleh orang Jawa dan Sumatera. Kesenian itu muncul di Semenanjung Malaya dalam bentuk arca gaya Sriwijaya. Menjelang pertengahan abad ke-8 M, ada dua torso Awalokiteswara yang luar biasa bagusnya yang ditemukan di Chaiya. Karya-karya ini, walaupun menunjukkan pengaruh kesenian Jawa, memperlihatkan juga pengaruh kesenian pala yang jelas sekali. Kemungkinan besar patung-patung ini dikenal oleh seniman-seniman Angkor yang pertama. Ritus kerajaan sailendra dan unsur-unsur Hindu tradisional yang tersembunyi di Jawa Timur, gelar “Raja Gunung”, pemujaan raja-raja yang telah meninggal dan pemujaan kepada lingga sebagai symbol kekuasaan, semua itu merupakan salah satu asal-usul dari institusi-institusi kerajaan Angkor.

2. Raja masa awal kerajaan Angkor

1.      JAYAVARMAN II
Pengaruh secara langsung dialami oleh Jayavarman II yang pernah hidup di jawa. Raja itu mempunyai hubungan keluarga agak jauh dengan dinasti-dinasti Kamboja yang terdahulu. Ia tinggal di istana dinasti Sailendra, ia pulang ke kamboja menjelang tahun 790 M.
Raja baru itu mulai mempersatukan wilayah Tchen-la yang terpecah-pecah. Tahapan penaklukannya mengambil wujud sebanyak ibu kota yang didirikannya: mula-mula Indrapura, disebelah timur Kompong Cham lalu menuju propinsi-propinsi sebelah utara danau-dana, yang kelak akan menjadi pusat kekuasaannya. Pada tahun 802 M, ia membangun Mahendraparvata, di Phnom Ku-len, sekitar 30 km sebelah timir laut Angkor.
Tempat itu dipilih dengan pertimbangan khusus. Pada dasarnya wilayah itu tidak layak huni, dan dengan cepat akan ditinggalkan, hal ini bersifat simbolis agar Ia menjadi “Raja Gunung” dan penguasa universal, Jayawarman II telah memilih begitu saja sebuah gunung yang mirip Gunung Meru, tempat bersemayam para dewa disekitar Indra, raja mereka. Secara khusus ia mendatangkan seorang pendeta brahmana untuk membacakan teks-teks suci dan membangun lingga dewa maha mulia. Lingga tersebut, merupakan sumber kekuasaan dan tempat tinggal jiwa sang raja, kelak menjadi lambang kerajaan Khmer. Dengan tindakannya tersebut menjadikan kambuja tidak lagi bergantung pada Jawa dan tinggal hanya seorang penguasa yang universal. Setelah itu Jayavarman II tetap di Roluos dan meninggal di situ pada tahun 850 M. putranya Jayavarman III menggantikannya dan menetap disitu sampai tahun 877 M.
Ternyata bahwa Jayavarman II benar-benar pendiri kekuasaan Angkor, dan bukan hanya dari segi politik saja, tetapi juga dari segi Keagamaan. Pemerintahan Jayavarman II yang diperkuat oleh pemerintahan anaknya, telah mengubah sama sekali jalannya evolusi Kerajaan Khmer. Negeri itu menyatu lagi di bawah kekuasaan tunggal, yang kokoh, dan tak tertandingi.

2.      INDRAVARMAN
Pengganti kedua pendiri Angkor Indravarman (877-889 M) berjasa membina dasar yang kokoh untuk kekuasaan Ankor, baik dalam bidang politik maupun sosial dan ekonomi. Otoritasnya diakui sampai ke Cochin-Cina, sampai ke U-Bon di Siam, bahkan mungkin ke Champa. Selaku penganut ajaran Siwa yang kuat, ia berusaha mengembangkan pemujaan kepada raja yang telah meninggal, yang dimulai oleh Jayawarman II, yang mungkin atas pengaruh Jawa.

3.      YASOVARMAN
Yasovarman, putra Indravarman menggantikannya pada tahun 889M. Dari ibunya, ia adalah keturunan keluarga kerajaan Fu-nan yang palin tua. Gurunya seorang Brahmana, anggota keluarga pendeta yang ditugasi Jayavarman II untuk mengurus pemujaan lingga kerajaan. Sebagai putra Indravarman, dan pewaris raja-raja universal Fu-nan,serta pengikut gagasan-gagasan Jayavarman II, dalam dirinya terkumpul semua kelebihan-kelebihan yang telah membawa kepada kelahiran Angkor.

3. Perkembangan kerajaan Angkor
1.      KOH KER
Harshavarman I, saudara kandung Yasovarman, menggantikannya pada tahun 900 M dan memerintah sampai sekitar tahun 921 M. Sejak tahun 921 M, pamannya Jayavarman IV, memberontak dan membangun sebuah ibukota baru di Chok Gargyar sekarang Koh Ker sekitar 70 km disebelah timur laut Angkor.
Seperti para pendahulunya, Jayavarman IV adalah seorang pengagum Siwa. Di ibu kotanya yang baru ia membangun sebuah lingga suci, suatu pengulangan tindakan Jayavarman II yang membangun Angkor, mungkin dengan tujuan sama yakni merayakan keberhasilannya merebut kekeuasaan. Ia wafat pada tahun 941 M dan putranya tetap memerintah di Koh Ker samapi tahu 941 M.

2.      KEMBALI KE ANGKOR
Rajendravarman (944-968 M), kemenakan si perampas kuasa dan juga Yasovarman, kembali ke kota itu begitu ia naik tahta. Kepulangan itu lebih bermakna lagi karena raja baru itu, menurut garis keturunan ibu, adalah pangeran penguasa di pusat bekas Tchen-la itu. Dengan pilihannya itu menandai putusnya hubungan dengan tanah asal orang kambuja dan pemindahan secara permanen ke dataran rendah orang-orang khmer beserta penguasa atas seluruh wilayah selatan Indocina. Untuk menebus kepergiannya, menurut tradisi dari zaman Indravarman, ketika baru saja tiba kembali di Angkor, rajendravarman mempersembahkan Candi Mebon (tahun 974-952 M) kepada nenek moyang keluarga kerajaan.
Dalam bidang politik, rajendravarman memperluas kekeuasaannya samapi ke Champa dan pada tahun 945-956 M, pasukannya mengobrak-abrik Po Nagar di Nha-trang. Putranya Jayavarman V menggantikannya pada tahun 968 M dan memerintah sampai 1001 M. Ia melanjutkan politik ayahnya terutama memperkokoh kekuasaan Khmer atas wilayah Champa.

3.      DINASTI SURYA (kebesaran surya)
Tahun-tahun pertamaabad ke-11 M, sebuah dinasti baru merebut kekuasaan. Suryavarman I, keturunan “Bangsa Surya” dari kambuja, tampaknya perampas kekuasaanyang menaklukkan Angkor dengan kekuatan senjata. Setelah mengalahkan kedua pengganti Jayavarman V yang masa pemerintahannya tidak lama, ia menetap di ibu kota menjelang tahun 1011 M.
Suryavarman I memiliki sifat-sifat Khmer yang sama seperti para pendahulunya. Satu-satunya perubahan yang berarti dalam masa pemerintahannya ialah pembukaan pintu selebar-lebarnya bagi agama Buddha. Secara pribadi raja beragama Siwa dan melanjutkan kultus raja yang sudah diterapkan raja-raja pendahulunya. Suryavarman I memerintah sampai tahun 1050 M. Untuk kerajaan Khmer ia telah mencaplok seluruh wilayah selatan Siam, dari Lopburu samapi Ligor, dan mungkin sebagian besar Laos selatan, mungkin meluas sampai ke Luang Prabang.
Putranya, Udayadityavarman II, menggantikanya dan hidup sampai tahun 1066 M. Walaupun masa pemerintahannya sangat pendek, dan selalu dirusuhkan oleh pemberontak-pemberontak di semua propinsi kerajaannya yang luas, ia masih memperluas kekuasaannya dan mungkin sempat mengalami puncak kekuasaan tertinggi yang pernah di capai oleh seorang raja Khmer.
Udayadityavarman II adlah penganut agama Siwayang melaksanakan ibadah secaraa ketat, walaupun ia condong memuja wisnu. Bahkan pada masa pemerintahannya ditandai sejenis reaksi anti agama Buddha, namun tidak menghapuskan kepercayaan yang terus-menerus berkembeng di Kamboja sejak abad ke-11 M.
Adik bungsunya menggantikannya pada tahun 1066 M dan memerintah di bawah nama Harshavarman II, samapai menjelang tahun 1080 M. Ia terpaksa menghadapi serangan orang-orang Chamyang telah memerdekan diri dan bahkan berhasil membakar ibi kota kuno Sambor Prei Kuk, setelah mengumpulkan harta rampasan yang menguntungkan. Di bawah pemerintahannya, kekuasaan dinasti Surya menurun dengan cepat. Setelah memeribntah selama kurang dari satu abad, dinasti tersebut harus menyerah ke dinasti yang baru.

4. Puncak kejayaan kerajaan Angkor

Penghancuran Angkor oleh orang Cham merupakan pukulan fatal pada tradisi Hindu, yang sampai waktu itu telah menyemarakan peradaban Khmer. Peristiwa itu sebenarnya mungkin dapat pula menandai akhir Kamboja itu sendiri. Bersamaan dengan itu peradaban yang dikembangkan dan mencapai kristalisasi di Angkor menemui jalan buntu. Ia tidak mampu lagi memperbarui diri yang dikembangkan sebanyak-banyaknya hanyalah tema-tema itu saja.
Hal ini diperparah lagi dengan majunya agama Buddha sepanjang abad ke-12 M, berdasarka jumlah patung Sang Bijaksana yang bertambah banyak. Fakta yang lebih bermakna lagi: seorang raja Angkor, Dharanindravarman II, secara resmi memeluk agama Buddha. Setelah itu kemenangan orang Cham dianggap sebagai bencana supra-natural, isyarat dari langit: akhir suatu tatanan yang begitu digembor-gemborkan, karena seolah-olah diciptakan oleh para dewa sendiri dan tak tergoyahkan.

1. JAYAVARMAN VII
Ini adalah tokoh yang menangguhkan pukulan nasib fatal dengan menempatkan negerinya di bawah bendera agama Buddha. Ia seorang tokoh yang memepesonakan, dan yang paling menonjol dalam sejarah Khmer. Jayavarman VII ini adalah raja yang paling sombong dan haus kemenangan diantara semua raja Khmer yang ditonjolkannya adalah tindakan-tindakannya.
Ia dalam naik tahta tidak langsung mengantikan ayahnya, hal ini ketika ayahnya wafat, ia sedang berperangdi Champa dan tidak sempat menuntut haknya.dia tidak berbuat apapun ketika Yasovarman II naik takhta bahkan ketika Angkor direbut oleh Tribhuvanadityavarman. Ia telah melewatkan semua periode tersebut dengan menyendiri di Preah Khan, Kompong Svay.
Sesudah menderita penyakit kusta, lalu sembuh berkat keajaiban. Ia lalu kembali ke panggung politik dan keagamaan. Ketika penyerbuan orang Cham lah yang mendorongnya bertindak. Setelah serentetan peperangan dahsyat, di antaranya pertempuran di danau-danau, ia mengusir kaum perusak Angkor itu dan pada tahun 1811 M ia naik takhta. Dalam usia lebih dari enam puluh tahun dan ibu kota hangus, ia membalas dendam dengan cara yang mengerikan. Ia menyerbu Champa, mencaplok Vijaya. Sebelumnya ia mendapat jaminan Annam akan netral. Tetapi begitu ia berhasil, pasukannyaditamabh dengan pasukan-pasukan dari Champa, Siam, Birma, menyerbu Annam. Di utara barat ia lebih memajukan lagi batas kerajaannya samapai ke Vientiane, sampai Birma, di selatan sampai Semenanjung Melayu.
Namun dibalik kesuksessannya dalam aspek beragamanya, kegiatan yang menggebu nyaris lupa daratan, padahal ia seorang penganut Buddha Mahayana. Di bawah panji agama Buddha yang agak konvesional Jayavarman sama sekali tidak meninggalkan kultus raja, dewa diatas bumi. Tampaknya ia sama sekali tidak mengubah ritus Hindhu yang mendasari kerajaan Angkor.

4.Kemunduran dan akhir kerajaan Angkor

Setelah Jayavarman VII, di Angkor tidak ada lagi raja yang patut dicatat. Ibu kota masih ada dan penampilannya tidak berubah. Teks-teks Cina, Tcheu Takuan, pengembara terkenal yang mengunjungi Kamboja pada tahun 1295 M masih menggambarkan sebagai kota terkaya, rajanya yang paling berkuasa di laut-laut selatan. Sampai tahun 1430, raja-raja Khmer tetap memerintah di Angkor.
Penyebab lainnya dalam bidang ekonomi kerajaan ini berada dalam keadaan bahaya. System hidrolis yang dimiliki Angkor perlu pemeliharaan dan perkembangan agar tidak dipenuhi lumpur dan macet. Dengan melemahnya kekuasaan raja maka semakin menuju kebangkrutan ekonomi karena hanya raja yang mampu mengelolo jaringan raksasa ini. Tak ayal lagi pertanian di Angkor semakinmenurun dan berakibat pada menurunnya jumlah penduduk. Selain itu wabah penyakit malaria ikut memperparah kejatuhan Angkor.
Kehilangan Angkor dipercepat oleh serbuan Thai yang bertubui-tubi dan merusak. Setelah kota-kota di Angkor dapat direbut oleh musuh-musuh mereka lalu di rampas kekayaannya dan dibakar. Maka orang Kamboja meninggalkan Angkor.

BAB III
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Dengan pembahasan makalah ini, kita dapat mengetahui sejarah kerajaan Chenla dan Angkor,walaupun masih banyak kekurangan  materi dalam makalah ini.


B.            Saran
Kita sebagai mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah harus lebih mengetahui dan mendalami materi , dan kami masih banyak memerlukan bimbingan.

DAFTAR PUSTAKA


o   Wiharyanto,  A. Kardiyat, 2008. Sejarah Asia Tenggara Kuno,Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma.
o   D.G.E., Hall,1988. Sejarah Asia Tenggara, Surabaya, Usaha Nasional.